Pemasaran digital sudah menjadi andalan perusahaan-perusahaan Indonesia dalam memasarkan bisnisnya. Mereka seolah-olah mengubah kiblat pemasarannya dari offline marketing ke arah digital. Pemasaran digital dan offline dapat menarik konsumen untuk membeli produknya. Namun, ada perbedaan antara pemasaran digital dan offline marketing yang harus diketahui oleh para pengusaha sebelum memulai praktiknya.
Faktanya, pemasaran digital sudah diterapkan sejak tahun 1992, dimana iklan (advertisement) berupa spanduk dipasang secara online. Ide pemasaran digital mulai dikenalkan ke masyarakat luas pada tahun 1990, disusul dengan lahirnya e-commerce pertama yaitu Yahoo pada tahun 1994. Real Digital Marketing sudah ada sejak lama, hanya saja baru populer di Indonesia sejak tahun 2018.
Sebelum kita memulai, penting untuk mencatat bahwa digital marketing adalah proses pemasaran yang dilakukan secara online, sementara offline marketing adalah pemasaran yang dilakukan di luar platform digital. Keduanya memiliki jangkauan dan manfaat yang berbeda-beda, dan posisi masing-masing dalam strategi pemasaran suatu bisnis tergantung pada tujuan dan target pasar yang ingin dicapai.
Dalam artikel ini, kita akan melihat perbedaan kedua jenis pemasaran ini secara detail, serta memberikan informasi yang berguna untuk membantu Anda dalam mengambil keputusan yang tepat dalam memilih strategi pemasaran yang sesuai dengan bisnis Anda. Yuk, mari kita mulai!
Perbedaan Digital & Offline Marketing
1. Target Audiens
Perbedaannya terletak pada jangkauan target audiens yang sesuai dengan segmentasinya.
Digital marketing dapat menjangkau target audiens sesuai segmennya dengan lebih mudah dan akurat. Setelah audiens target diidentifikasi secara spesifik, konten dapat dikirimkan ke target tersebut menggunakan mesin pencari atau algoritma media sosial yang canggih. Sehingga setiap konten yang diposting, dapat menarik konsumen dalam jangkauan yang lebih luas berdasarkan minat dan kebutuhan.
Berbeda dengan offline marketing, target audiensnya terbatas berdasarkan profil demografis dan geografis tertentu. Pada offline marketing membutuhkan bentuk fisik dari iklan yang dibuat. Semua orang bisa melihat iklan yang dipasang secara offline, namun audiens yang melihat belum tentu termasuk dalam segmen pasar.
2. Fokus Utama Strategi
Saat memasarkan produk, fokus utama digital marketing terletak pada konten yang akan dipromosikan. Sedangkan offline marketing berfokus untuk memasarkan produk dalam iklannya. Bisa dikatakan digital marketing lebih mengutamakan metode softselling, sedangkan offline marketing lebih banyak menggunakan metode hardselling.
Digital marketing, menggunakan banyak platform yang berbeda, mulai dari media sosial, website, email dan lain-lain. Oleh karena itu, konten iklan perlu dibuat semenarik mungkin agar dapat menarik perhatian audiens. Kontennya juga berbeda-beda tergantung platform yang digunakan. Apa pun jenis pemasarannya, baik itu pemasaran media sosial, pemasaran mesin pencari, SEO, pemasaran email, atau sekadar iklan banner, konten adalah nomor satu.
Sedangkan offline marketing, lebih fokus pada pemasaran produk atau jasa melalui iklan yang mereka pasarkan. Pengiklan harus menawarkan kelebihan dan manfaat produk ketika menggunakan strategi offline marketing. Selain itu, jangkauan calon konsumen menjadi lebih pendek dan terbatas ketika mereka mengonsumsi media offline, seperti brosur, surat kabar, atau baliho.
3. Media Pemasaran yang Digunakan
Media marketing yang digunakan oleh kedua strategi tersebut pun berbeda. Sesuai namanya, digital marketing memanfaatkan media internet atau media online untuk pemasarannya, seperti situs web, media sosial, e-mail dan banner ads. Strategi pemasaran online pun bermacam-macam tergantung platform yang digunakan. Ada yang bersifat organik seperti Search Engine Optimization (SEO), dan ada pula yang berbayar, seperti cost-per-click ads, Search Engine Marketing (SEM), atau Social Media Marketing (SMM).
Offilne marketing, menggunakan media konvensional seperti cetak dan elektronik. Untuk media elektronik, mereka lebih sering menggunakan iklan di TV atau radio. Media cetak yang digunakan tidak hanya menggunakan iklan surat kabar, majalah, atau tabloid, tapi juga poster, pamflet, brosur, booklet, dan kartu nama. Ada juga yang menggunakan strategi mouth-to-mouth, seperti sales yang memasarkan langsung barangnya kepada orang banyak.
4. Biaya yang Dikeluarkan
Masalah cost atau biaya selalu menjadi pertimbangan dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat. Digital marketing terbukti lebih efektif dalam biayanya, karena kita bisa memasang iklan sesuai dengan budget yang dimiliki. Istilahnya, kita berinvestasi dalam memasang iklan di media sosial, seperti Facebook, Instagram dan lainnya.
Sedangkan biaya pemasangan iklan untuk offline marketing membutuhkan biaya yang lebih besar. Biaya yang dikeluarkan biasanya untuk pemasangan iklan di media cetak atau elektronik, produksi materi promosi cetak, dan penyelenggaraan event. Meskipun begitu, offline marketing juga terbilang efektif dalam menjangkau banyak audiens agar tertarik dengan produk atau layanan bisnis yang dipasarkan.
5. Waktu
Digital marketing tidak terikat dengan aspek waktu artinya pemasaran akan tetap berjalan selama iklan masih ada di internet. Audiens dapat mengakses iklan kapanpun dan dimanapun selama audiens memiliki koneksi internet. Sehingga digital marketing lebih efisien dalam pemasarannya.
Sedangkan, penyampaian konten pada offline marketing terbatas pada aspek waktu karena dalam pemasaran terdapat waktu dan jadwal tertentu. Misalnya pada offline marketing yang menggunakan media cetak, penyelenggaraan event, dan promosi toko memiliki jangka waktu tertentu yang sudah ditentukan sehingga audiens hanya dapat melihat iklan pada periode tertentu.